Langsung ke konten utama

Sejenak menjalankan PKN


Sejenak menjalankan PKN (berpendapat about teacher)
Daripada capek hati mikirin 17 datang, mending kita bailik ke sekolah yuuuukk??? Ababil? Lhoh apa hubungannya? #gak ada
Ababil. Bisa diartikan abg labil. Lebih tepatnya lagi anak baru gede labil. Contohnya? Me. But, sometimes. Ababil enggak cuman anak belasan tahu aja loh? Enggak cuman seorang remaja mencari jati dirinya saja. enggak cuman murid dengan belajar dan tugasnya saja. guru juga ada yang ababil? *sedikit membuka aib. Tapi, tidak semua guru ababil kok. *guru yang tidak merasa boleh ketawa dehh..
Guru? Seorang yang membimbing, mendidik, mengajar, memberi tauladan kepada muridnya. Itulah definisi guru menurut kode etik guru yang pernah aku baca di sebuah ruang baca di sekolahku. Fakta berbicara *pake toa. Tapi pantas gak sih guru dikatakan ababil? Gak pantaskan? Tapi, kalo kenyataannya iya gimana? Aku harus menyulapnya?*aduh aku bukan the master.
Hal ini berawal aku masuk kelas XI SMA *masak sd. Kelas X ada juga sih, tapi aku lebih suka angka XI. Jadi, aku mau cerita tentang angka XI saja.
The story--------- >
Aku bergegas berkemas-kemas keluar dari sebuah ruangan yang cukup biasa-biasa saja. hanya  aku? Enggak juga. Satu temanku tadi juga ada yang sudah keluar. Entah kenapa. Sedikit basa-basi aku langsung pergi menuju sebuah tempat yang lumayan kotor dan sedikit mural. Kuambil sebuah alat bermesin dan beroda 2  seperti biasanya dan menuju gerbang sekolah. Kubelokkan ke utara *padahal arah jalan menuju rumah keselatan. Panas, berdebu, kotor, asap rokok, kendaraan,keringat, rasa sepet, seneng,biasa saja, jadi satu dalam tubuhku. Dapat lampu merah!! Disebuah perempatan pojok beteng kota Yogyakarta. Dan kuambil jalan Brigjen Katamso. 16 menit kemudian sampailah disuatu tempat. Tempat yang cukup bahkan sangat menyenangkan. Dan kalo dicari di sekolahku gak bakal menemukannya. Sedikit terlambat. Tapi, no problem. Ketika akan kututup sebuah pintu kelas dalam sebuah ruangan besar. “Hahahaha” mereka tertawa. OMG. Sorry guys, untung gak nabrak. ada juga yang baru datang. Aku lupa namanya. Tertawa, cerita ngalor ngidul, bahasa acak-acakan, tentor gokil, baik, yang jelas gak keliatan ababilnya. Coba guru disekolah baik-baik kayak tentor *ngarep.
Baru nyadar kenapa aku segera bergegas pulang belain yang bukan sekolah. Secara pembimbingnya ngeselin. Coba deh, kamu pilih. Kamu lebih suka memilih guru ngeselin, gak mau ngajarin jika kita tanya cuek bebek? *ngetik sambil banting mouse. Atau pilih guru yang baik hati, sebelum kita tanya udah tau masalah kita dan gak cuek bebek, selalu tersenyum? *gak waras dong. Manusia waras tentunya bisa pilih. Kecuali kalian  yang sedang dimabuk  buta warna hati.
Gimana perasaan anda jika kita tanya serius tanya *duarius tanya* tapi cuman di diamkan? Keselkan? Yang diemin lagi ababil biasanya. Tapi kalo yang nyuekin guru? Mentang-mentang aku gak pinter? *tapi cerdas saja deh. Amin. , mentang-mentang aku gak secantik dan sekalem dia. Setiap orang itu beda sir/mum. Apakah itu ababil? Kalo aku yang jawab : sangat ababil!!!! Lebih ababil daripada seribu muridnya yang sedang dilanda galau karena virus cintanya. Kayak gitu seorang guru? Terus kalo udah gitu, coba ganti gurunya tanya terus dicuekin muridnya? Mesti marah kan? Ok gak marah, tapi tau-tau nilai kita jelek,  afektif kita C. Enak banget ya gurunya? Kayak gitukah? Terus buat apa kode etik guru dipajang di ruang baca dengan berbagai kata. Buat sampah dinding? Kita harus hormatin guru. Itu wajib. Tapi, kalo kayak gitu? Harus diterima? Enggaklah. Aku aja gak terima.
Kapan kita maju kalo seperti itu? Guru dengan enaknya ngasih nilai. Kok kayak bagaikan budak dengan majikannya ya?. Tega banget dan gak banget.
@----@
Yeaah walaupun aku dianak tirikan guru, bukan anak emasnya, bukan anak kesayangannya *aku juga gak ngarep!!!. Tapi aku juga bisa sukses!! Masih ada mama sama papi ku, kakek nenekku, tante omku, kakak adikku, sahabat-sahabatku. Toh sukses bukan sepenuhnya datang dari belas kasian yang diberikan oleh guru. Sukses datang dari dalam diri kita dan dari Tuhan J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pantai Gesing dan Ngularan (Teras Kaca) Trip

Hallo guys! Long time no see ya. Kali ini saya akan menyempatkan untuk blogging kembali. Edisi di tahun 2019 ini akan diawali di bulan April yaa. Akan banyak cerita perjalanan saya selama 3 bulan ini. Check this out! Pantai gesing   Nah kali ini saya akan sedikit cerita tentang pantai Gesing dan pantai Nguluran teras kaca yang sempat ngehit sampai sekarang bagi ganis (gadis instagram) di Yogyakarta. Setelah berkutat dengan kerjaan kantor dan barusan pulang dari Sumatera (wah edisi ini nanti ada cerita tersendiri ya) saya dan dua sahabat saya memutuskan secara mendadak untuk trip sehari di Gunung Kidul. Kita memilih di pantai yang dekat dengan Panggang karena jalannya lebih sepi tentunya tidak macet. Bagi warga Jogja yang sudah sering ke Gunung Kidul melewati Jalan Wonosari pasti tahu lah ya gimana rasanya weekend ke Gunung Kidul lewat Jalan Wonosari. Hehehe Kami dari Bantul berangkat pukul 09.00 menuju pantai Nguluran atau yang disebut pantai Teras Kac...

Aku bangga punya mama yang hebat.mama is best of the best :)

Hujan turun membasahi bumi. Percikan air terdengar di telingaku. Sang mentari nampak tak bergairah tuk muncul menerangi kehidupan pagi hari. Ku melangkah dengan tegar mengawali cakrawala kehidupan. Pagi itu sangat lamban, sangat terasa mengantuk dan malas. Namun kata mama kita harus melawan rasa malas yang menempel pada tubuh kita ini. Kita harus membuang jauh-jauh rasa malas itu. Karena rasa malas bagaikan sesuatu yang dapat menghancurkan semua harapan dan impian. Tetapi aku menghiraukannya. Walaupun mama memang benar tetapi aku memilih untuk tetap di kamar pada pagi itu. Darah terus mengalir, detak jantung terus melantun, nadi terus berdenyut, langkah terus berpadu dalam warna-warna kehidupan. Mama setiap hari menasehatiku tentang semua hal ini dan itu. Mama bilang kalau kita bertindak harus berfikir dua kali. Padahal aku selalu berfikir sebelum bertindak. Tetapi yang kurasakan aku tetap salah. Sampai-sampai aku berfikir bahwa ini sungguh tidak adil. Aku kadang merasa benci sam...