Tuan, terkadang hidup
itu memang aneh ya? kadang merasa sangat bahagia, kadang sangat sedih. Kadang hujan
kadang panas. Tuan, kadang benci kadang cinta, kadang sebal, kadang gemes,
kadang gembira ya hati itu.
Tuan, kenapa ya hati
ini jadi terombang-ambing dan serumit ini? Padahal sebelumnya hati ini tidak
serepot begini. Tuan , kenapa engkau selalu merayap dalam pikiranmu. Kenapa engkau
tanpa basa-basi masuk tanpa permisi dalam kehidupanku. Tuan, aku tak tahu engkau
begitu hebat memasuki relung hatiku. Mulai dari melihatmu, kemudian mengenalmu,
lalu mencintaimu. Semuanya begitu kilat. Entah kamu.
Tuan, andai engkau
tahu. Engkaulah penyemangat hariku, menjelma menjadikan senyum indah bagiku. Tuan,
begitu dahsyatnya engkau menguasai hari-hariku.
Tuan mungkin hati dan
jiwa ini jatuh cinta padamu. Tetapi entah denganmu tuan. Begitu rapi dan
tersembunyi perasaaan ini tanpa kamu sadari, Tuan. Begitu diam-diam semuanya. Hingga
kamu tetap membeku dan tak pernah peka terhadap semua gerak-gerikku.
Tuan, saya tidak bisa
melupakanmu. Cara engkau menatapku, cara engkau tersenyum terhadapku, cara
engkau mengangkat alis terhadapku. Semuanya sudah terekam dan sulit untuk aku
hapus. Tuhan, tolong bantu lupakan ini. Karena saya sudah tak tau lagi jalan
terbaik untuk melupakan ini semua. Terlalu manis untuk dilupakan. Terlalu indah
untuk dilupakan.
Tuan, kita jarang punya
kesempatan untuk berbicara berdua saja. Padahal kita sering kali berjumpa dan
bersama. Tuan, sudah sangat lama saya merasakan seperti ini. Sejak saya
polos-polosnya menikmati dunia kelabilan. Saat dimana suatu rasa aneh mulai
muncul. Hingga kini, waktu telah berputar dua kali. Tuan, taukah engkau? Rasa
ini masih saja tersimpat rapat. Tak goyah sedikitpun. Tak berkurang sedikitpun.
Yang ada, hanyalah terus bertambah dan semakin banyak. Tapi, tuan sendiri tak
pernah mengetahuinya. Karena Tuan sangat tidak peka.
Sangat menyebalkan,
ketika saya tidak bisa menebak isi hati engkau, Tuan. Isi hati yang sangat
sulit untuk ditebak. Seperti teka-teki dengan macam-macam jawaban. Isi hati
yang penuh warna tafsiran. Tuan, aku takut untuk menebak isi hatimu. Aku takut
untuk menafsirkan segala tingkah lakumu dan kata-kata manismu yang pernah
engkau ucapkan maupun kirimkan. Aku takut, kata-kata itu tidak hanya untukku
saja. Tetapi juga buat orang lain.
Tuan, aku takut, aku
takut aku takut. Aku takut percaya pada perhatian sederhanamu yang terselubung.
Aku takut semakin terbawa arus yang tak pernah diinginkan oleh arus itu sendiri.
Aku takut perasaan ini semakin menggila. Tuan, tolong hentikan aku jika keluar
dari arahku. Tuan, tolong kembalikan aku kearahku seperti dulu. Sebelum semakin
parah rasa ini.
Tuan yang tampan, tolong
bantu saya. Tuan, sadar gak? Bahwa kita telah melewati beberapa fase bersama
dalam berbagai peristiwa. Tentunya bukan waktu yang singkat tuan. Tuan, mungkin
aku terlambat untuk mengatakan ini semua. Mungkin tuan juga akan kaget. Bahwa selama
ini “saya menyukai Tuan”
Seseorang
yang mengagumimu, kemudian menyukaimu, lalu mencintaimu..
Kini,
aku hanyalah kristal-kristal yang tak pasti kemana akan pergi
Dalam
heningnya malam, dalam ragunya tingkah ini.. tolong pekaa..
Komentar
Posting Komentar