Langsung ke konten utama

Super Trap

Lagi lagi lagi dan lagi. Ketika saya berusaha melupakan semua yang terjadi di masa lampau dan berusaha menghindarinya. Saya malah terjebak pada situasi kondisi itu lagi. Seakan-akan apa yang saya jauhi sengaja mendekat menetap dan kemudian menghilang. Saya sudah berusaha untuk menghindari semua apa yang telah membuat saya sakit sendiri.

Gagal gagal gagal dan gagal. Semua bergitu saja datang tanpa permisi. Meskipun saya sudah menghindari lari kesana kemari tetap saja menemuinya. Letih sekali rasanya karena semua ini saya sendiri yang merasakannya. Tidak ada yang tahu mengenai hal ini. Saya lebih diam dan tidak menceritakan ke semua orang termasuk orang-orang dekat terpercaya. Saya tidak ingin mereka salah persepsi dan mengatakan apa yang saya lakukan benar. Saya tidak membutuhkan itu.

Saya lebih memilih untuk menikmati sendiri meski menyakitkan bahkan membuat diri untuk bangun pun terlalu berat. Saya lebih memilih bercerita kepada Tuhan dan seorang psikolog klinik dan menjadikan diri ini pasien. Saya benar-benar tidak sanggup jika harus terus memendam sendiri tanpa ada perantara. Saya memilih psikolog yang bukan teman saya sendiri karena saya ingin benar-benar murni mendapatkan jawaban bukan hanya belas kasihan belaka.

Ini sangat melelahkan bukan?
Kenapa saya harus mengulangi kesalahan yang sama?
Kenapa saya harus jatuh pada orang sama lagi?
Kenapa saya sulit untuk menerima kesalahan orang?
5 tahun bukan waktu yang pendek. Saya harus jatuh bangun terjebur lagi lagi dan lagi. Saya setiap hari membayangkan bersama orang yang sama dan dengan bebasnya memaafkan masa lampau. Salah. Ternyata saya salah.

Hal yang paling buruk dalam kehidupan saya adalah mencintai orang yang salah di setiap waktu dan membiarkan orang lain tersakiti karena saya tidak bisa menerimanya. Dan yang paling buruk lagi semua orang tidak mengetahui hal ini. Mereka hanya tahu saya dikelilingi orang-orang yang tulus mencintai saya dan bisa mendapatkan dengan mudah apa yang saya inginkan. Klise memang, tetapi bukan itu yang selama ini saya cari. Bukannya tidak bersyukur, tetapi saya tidak bisa memaksa dengan siapa saya mencintai. Bodoh memang. Semua orang pasti tertawa setiap kali mendengar jawaban penolakan diri ini. Mungkin semakin tertawa ketika tahu siapa yang telah membuat saya harus jatuh bangun jatuh bangun entah sampai kapan.

Sekarang hal itu terulang kembali. Ketika saya sudah menetralkan semua yang telah terjadi tiba-tiba semua itu datang kembali dengan rasa yang sama. Ini bukanlah sekedar baper-baperan ala anak-anak ABG loo. Orang sejak ABG rasanya juga masih sama. What A Pitty!

*Kembali serius

Ingin rasanya berkata “kok gak ngerti sih?” “Atau emang pura-pura gak ngerti?” Tapi sayangnya itu bukan hak saya. Ingin marah tapi juga sama siapa dan bukan hak saya. Yang bisa hanyalah bicara melalui pena belaka. “Jika kamu pergi lagi berarti orang jahat yang pernah saya temui. Benar-benar orang yang sama sekali tidak pernah mengerti. Kadang juga bisa dikatakan pengecut. Datang dan pergi seeanaknya.”

Tapi, kamu yang saya kenal bukanlah seorang pengecut bukan. Segala baik dan burukmu kamu bukankah pengecut bukan. Hanyalah tindakan yang akan membuktikan.

Lantas, mau sampai kapan seperti ini? sudah capek hati bukan? Entahlah. Yang jelas sampai semua doa saya terjawab oleh yang Maha Kuasa. saya hanya ingin melihat dengan mata sendiri apa yang akan terjadi. Sesakit ataupun sebahagia apapun itu.

Yang jelas saat ini saya memang membutuhkan dia. No more. I need him. Tetapi kalau dia tidak membutuhkan saya? Itu tergantung persepsi dia. Kalau dia prinsipnya mutualisme yang pasti akan pergi. Saya membutuhkannya bukan karena memanfaatkannya. Tidak sama sekali. Tetapi saya benar-benar butuh sosok sepertinya. Sosok yang seperti apa yang sesuai dengan apa yang membuat saya nyaman untuk berbagi segala hal.

Saya memang punya sahabat-sahabat yang tentunya jelas ada tetapi bukan itu yang saya cari. Tidak semua orang bisa menerima kita dan sebaliknya. Saya juga tidak berharap terlalu banyak mengenai hal ini. But, donno what should i do when he leave me. Saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan jika dia benar-benar tidak peduli. I don't have a man like him. :( 

Saya hanya bisa mengutuk diri betapa tidak beruntungnya diri ini dan seraya berkata "Kok gila yang bisa-bisanya mencintai orang yang sama sekali nggak mengerti?"

 I hope he doesn't read this quotes. Its so embarrassing! Wkwkwk

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pantai Gesing dan Ngularan (Teras Kaca) Trip

Hallo guys! Long time no see ya. Kali ini saya akan menyempatkan untuk blogging kembali. Edisi di tahun 2019 ini akan diawali di bulan April yaa. Akan banyak cerita perjalanan saya selama 3 bulan ini. Check this out! Pantai gesing   Nah kali ini saya akan sedikit cerita tentang pantai Gesing dan pantai Nguluran teras kaca yang sempat ngehit sampai sekarang bagi ganis (gadis instagram) di Yogyakarta. Setelah berkutat dengan kerjaan kantor dan barusan pulang dari Sumatera (wah edisi ini nanti ada cerita tersendiri ya) saya dan dua sahabat saya memutuskan secara mendadak untuk trip sehari di Gunung Kidul. Kita memilih di pantai yang dekat dengan Panggang karena jalannya lebih sepi tentunya tidak macet. Bagi warga Jogja yang sudah sering ke Gunung Kidul melewati Jalan Wonosari pasti tahu lah ya gimana rasanya weekend ke Gunung Kidul lewat Jalan Wonosari. Hehehe Kami dari Bantul berangkat pukul 09.00 menuju pantai Nguluran atau yang disebut pantai Teras Kac...

Aku bangga punya mama yang hebat.mama is best of the best :)

Hujan turun membasahi bumi. Percikan air terdengar di telingaku. Sang mentari nampak tak bergairah tuk muncul menerangi kehidupan pagi hari. Ku melangkah dengan tegar mengawali cakrawala kehidupan. Pagi itu sangat lamban, sangat terasa mengantuk dan malas. Namun kata mama kita harus melawan rasa malas yang menempel pada tubuh kita ini. Kita harus membuang jauh-jauh rasa malas itu. Karena rasa malas bagaikan sesuatu yang dapat menghancurkan semua harapan dan impian. Tetapi aku menghiraukannya. Walaupun mama memang benar tetapi aku memilih untuk tetap di kamar pada pagi itu. Darah terus mengalir, detak jantung terus melantun, nadi terus berdenyut, langkah terus berpadu dalam warna-warna kehidupan. Mama setiap hari menasehatiku tentang semua hal ini dan itu. Mama bilang kalau kita bertindak harus berfikir dua kali. Padahal aku selalu berfikir sebelum bertindak. Tetapi yang kurasakan aku tetap salah. Sampai-sampai aku berfikir bahwa ini sungguh tidak adil. Aku kadang merasa benci sam...