Langsung ke konten utama

Seperti Manusia Lainnya

Hari ini saya belajar banyak hal dalam kehidupan saya. Belajar kehidupan yang mengiringi langkah hari-hari saya. Hari dimana harus saya lewati. Seperti hari ini.
Jumat bulan Juni tanggal 06 tahun 2014. Hari dimana saya menemukan suatu titik temu antara ego dan kebutuhan. Antara idialisme dan realisme. Hari dimana semua keputusan berada ditanganku. Hari dimana saya harus berani memilih salah satu dan tak boleh dua-duanya.
Antara ego dan kebtutuhan.
Hidup ditengah masyarakat itu menjadi pengalaman tersendiri bagi saya. Dimana saya belajar care sesama manusia dan sebagainya. Saya pada dasarnya tidak begitu menyukai basa-basi dalam hidup ini. Tapi, lingkungan dan masyarakat sekitar sayalah yang mempengaruhi dan terus membujuk saya bahwa basa-basi itu mngenakkan. Awalnya saya sangat risi dengan basa-basi ala masyarakat dalam kehidupan saya. Mulai dari tanya mau kemana hingga pacarnya siapa. Menurut saya itu sesuatu hal yang berlebihan. Tapi apa kata masyarakat? Itu sebuah bentuk kepedulian dan keramahan yang sudah mengakar. Saya pun berpikir dan stay positive saja. Hingga kini, saya juga ikut-ikutan basa-basi tapi masih menjaga privasi lo?? Memang kita harus melawan ego yang ada dalam hidup ini. Kita kadang terlarut dalam sebuah ego dan melupakan apa sih kebutuhan kita sebenarnya?? Dan kita harus bertanggung jawab atas apa yang kita pilih. Ego atau kebutuhan. Kali ini saya akan mencontohkan sebuah pengalaman saya setelah sekian tahun hidup bermasyarakat. 
Soal bergotong-royong. Kadang kala kita harus memilih antara untuk selalu bermasyarakat tanpa batas atau tetap memikirkan kebutuhan kita. Kalo saya pribadi, bukan berarti saya bersikap egois, saya memilih pada kebutuhan terlebih dahulu. Tetapi bukan berarti saya tidak care dengan masyarakat. Kita semua tahu, setiap orang mempunyai prinsip dan kebutuhan masing-masing. Ada saatnya kita membagi waktu buat belajar kita, orang tua kita, orang-orang tercinta disekitar kita. Bermasyarakat juga penting. Tapi, keseimbangan jauh lebih penting. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pantai Gesing dan Ngularan (Teras Kaca) Trip

Hallo guys! Long time no see ya. Kali ini saya akan menyempatkan untuk blogging kembali. Edisi di tahun 2019 ini akan diawali di bulan April yaa. Akan banyak cerita perjalanan saya selama 3 bulan ini. Check this out! Pantai gesing   Nah kali ini saya akan sedikit cerita tentang pantai Gesing dan pantai Nguluran teras kaca yang sempat ngehit sampai sekarang bagi ganis (gadis instagram) di Yogyakarta. Setelah berkutat dengan kerjaan kantor dan barusan pulang dari Sumatera (wah edisi ini nanti ada cerita tersendiri ya) saya dan dua sahabat saya memutuskan secara mendadak untuk trip sehari di Gunung Kidul. Kita memilih di pantai yang dekat dengan Panggang karena jalannya lebih sepi tentunya tidak macet. Bagi warga Jogja yang sudah sering ke Gunung Kidul melewati Jalan Wonosari pasti tahu lah ya gimana rasanya weekend ke Gunung Kidul lewat Jalan Wonosari. Hehehe Kami dari Bantul berangkat pukul 09.00 menuju pantai Nguluran atau yang disebut pantai Teras Kac...

Aku bangga punya mama yang hebat.mama is best of the best :)

Hujan turun membasahi bumi. Percikan air terdengar di telingaku. Sang mentari nampak tak bergairah tuk muncul menerangi kehidupan pagi hari. Ku melangkah dengan tegar mengawali cakrawala kehidupan. Pagi itu sangat lamban, sangat terasa mengantuk dan malas. Namun kata mama kita harus melawan rasa malas yang menempel pada tubuh kita ini. Kita harus membuang jauh-jauh rasa malas itu. Karena rasa malas bagaikan sesuatu yang dapat menghancurkan semua harapan dan impian. Tetapi aku menghiraukannya. Walaupun mama memang benar tetapi aku memilih untuk tetap di kamar pada pagi itu. Darah terus mengalir, detak jantung terus melantun, nadi terus berdenyut, langkah terus berpadu dalam warna-warna kehidupan. Mama setiap hari menasehatiku tentang semua hal ini dan itu. Mama bilang kalau kita bertindak harus berfikir dua kali. Padahal aku selalu berfikir sebelum bertindak. Tetapi yang kurasakan aku tetap salah. Sampai-sampai aku berfikir bahwa ini sungguh tidak adil. Aku kadang merasa benci sam...