Akhir-akhir
ini saya capek memerankan sebagai Keara. Yang ada olokan sahabat saya, Febri
makin menjadi-jadi. Mulai mengatakan "Itu bukan kamu banget, Isti".
"Bisa-bisanya kamu jatuh cinta sama dia, pakai apa ya dia" (Lupakan
Sejenak)
Aku
ingin berperan sebagai Ray kali ini. Oh bukan Ray. Tetapi aku ingin mengambil
sesuatu hal yang dapat kujadikan pembelajaran dari Ray.
Bukankah
Tuhan itu Adil, Ray?
Iya,
Tuhan Maha Adil seadil-adilnya. Sudah kamu buktikan kan Ray? Melalui hukum
kehidupan sebab-akibat. Tidak perlu aku ceritakan kembali setelah membaca
cerita tentang kehidupanmu. Ray, aku sangat bersyukur dapat dipertemunkan
dengan ceritamu. Meskipun melalui hal yang kebetulan atau entah sudah menjadi
rencana Tuhan.
Buku
yang menceritkanmu itu sudah terbit sejak aku jaman Kuliah Ray. Akan tetapi aku
tidak mengenal bukumu itu. Aku mengenal buku yang lain Ray malahan. Waktu itu
aku tidak terlalu tertarik dengan buku-buku karya pengarang cerita kisah
hidupmu. Hanya beberapa buku saja yang saya suka atas rekomendasi atau hanya
kebetulan melihat sinopsisnya yang bagus. Aku bukanlah fans berat penulismu
Ray. Tetapi aku menyukai pelajaran kehidupan yang tersemat dalam rangkaian
cerita penulismu. Ray, aku membaca kisahmu belum lama ini sekitar satu tahun
yang lalu. Saat aku baikan dengan sahabatku itu. (Ah, terlalu menyayat
kata sahabat akhir-akhir ini).
Ray,
aku merasa kehilangan sahabat sejak aku pulang dari Surabaya kemarin. Tau kan
Ray, bagaimana rasanya dilupakan? Tapi itu hak dia juga. Aku hanya percaya
hukum sebab akibat pasti berlaku. Aku membiarkan mereka yang lupa atau
pura-pura lupa kepadaku.
Ray, tentunya kisahku
bukan apa-apanya dibanding kisahmu. Tapi darimulah aku belajar banyak hal dalam
menghadapi hari-hari yang telah diberikan oleh Tuhan.
Syukur.
Itulah inti dari selurh
halaman.
Pada akhirnya aku bersyukur
atas apa yang telah diberikan selama satu tahun (2017). Banyak rasa suka,
sedih, haru, bahagia, iba, duka, hambar, pahit, manis telah terlewati. Pasti ada
yang kurang tentunya kecuali kita menutup dengan syukur.
Januari 2017
Hari spesial aku di usia
21 tahun. Pada tahun ini aku sudah baikan dengan satu-satunya sahabat aku yang
paling berarti kita juga sudah berbaikan lagi (hahaha, be lyke anak SMA ya). Pada
Januari kemarin semua sahabatku kumpul secara bergantian. What a grateful
moment. Dan pada bulan ini kayaknya aku mendapatkan buku tentang kamu, Ray.
Februari 2017
Antri 3 jam buat nonton
pameran biasiswa LPDP bersama Yuli. Daebak!!!
Maret 2017
Ikut sepedaan OKPM yang
gak banget. Hahaha capek lemes karena belum sarapan! Pulangnya suruh nganteri
paman dong!
April 2017
Ketrima proposal Smart Eater
dan ngadain acara di kampung berasaaaaa awesome banget. Ditambah dukungan
sahabat aku yang super duper tiba-tiba datang kembali dalam hidup aku
Mei 2017
Ke kantor nutrifood dan
presentasi (what a wonderful moment! Dan kita resmi jadi edukator)
Juni 2017
Tugas pelatihan dan
dipilih kampung aku lagi. Baiklah
Juli 2017
Proposal Skripsi dimulai
Agustus 2017
Sidang proposal skripsi
yang super duper wow. Dilanjut PKL di RS Soetomo. This is a awesome moment. Antara
sedih, haru, bahagia ya sudah jalanin saja. Disini banyak moment dimana belajar
kehidupan banget.
September 2017
Ngeluh terus sama sahabat
saya dan gatau aku sampai lupa kayaknya gak ngucapin padahal depan beakang sama
ultah septi. (Orang macam apa ini saya)
Oktober 2017
Kakekku meninggal pada
saya saat di Surabaya. Gak bisa pulang juga. Disini saya ada moment ketemu
seseorang yang telah memberikan banyak pandangan dan membuat saya melihat
banyak sisi.
November 2017
Revisi PKL sampai ingin
nangis karena tidak kelar-kelar. Dan sahabatku kok tiba-tiba menjauh yaa.
Pengen nangis, kecewa sampai mikir banget
Desember 2017
PPG dan sahabat saya
semakin menghilang.
Dalam
setahun ini saya sering baca tentang kisah hidupmu Ray. Banyak sekali yang saya
dapatkan. Seperti kehilangan orang-orang yang kita sayangi, datang dan perginya
sebuah kebaikan yang begitu cepat seperti kilat, menerima, iklas dan syukur. Tinggal
bagaimana kita mengambil dari sisi mana.
Waktu seakan-akan berlari begitu cepat. Aku belajar mensyukuri setiap
perjalanan pada tahun 2017 ini. Saya bersyukur pada moment-moment hari, jam,
menit dan detik. Dalam hal besar saya juga sangat bersyukur. Saya sangat
bersyukur sekali.
2017
mengajarkanku hal yang paling penting dalam hidup aku yang selama ini aku
benci. Yaitu berdamai dengan sebuah kejahatan. Mengapa? Supaya tidak ada
penyesalan di akhir.
2017 mengajarkan " ketika kamu merasa hidupmu menyakitkan dan merasa muak dengan semua penderitaan maka itu saatnya kamu harus melihat keatas, pasti ada kabar baik untukmu dan janji-janji masa depan. Dan sebaliknya, apabila kamu merasa hidup menyenangkan dan merasa kurang puas maka lihatlah kebawah, pasti ada yang kurang beruntung darimu. Hanya sesederhana itu. Dengan begitu kita akan pandai bersyukur. -Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Tere Liye)-
Komentar
Posting Komentar