Waktu berlalu begitu cepat. Begitu banyak yang datang lalu
harus berpisah lagi. Kenangan semakin menebal seiring datangnya hari. banyak
hal yang saya dapatkan selama 4 bulan terakhir ini. Datang dan pergi silih
berganti. Sedih senang, pahit manis.
Empat bulan yang membuatku tersadar akan banyak hal. Syukur,
mandiri, sabar, sehat dan ikhlas. Pada part I ini saya akan menceritakan
mengenai pengharapan pada orang yang puncaknya membuat saya untuk memutuskan
banyak hal dalam hidup. Untuk kali pertamanya saya hidup jauh dengan saudara
dan orang tua dalam jangka yang cukup lama yaitu tiga bulan. Meskipun sebelumnya
sering bepergian, tetapi ini berbeda, saya bepergian tidak untuk menginap di
hotel, tetapi dirumah orang alias kontrak(kos). Yeah, its my first experience.
Hari-hari genting pun berdatangan, hingga pada suatu ketika
saya sudah overload untuk tidak mengungkapkannya. Yeaay. Untuk pertama kalinya
saya ungkapkan segala keluhku ke salah satu sahabatku yang aku percaya. Dia mungkin
sudah pernah saya ceritakan di episode-episode sebelumnya. Hampir setiap
terdapat keluh aku curahkan kepadanya, hingga tibalah keluh-keluh itu berakhir.
Saya sempat berpikir, lama-lama dia bosen gak ya? Tiap saat
ada curahan hati masuk ke pesan handphonenya.
Saya berusaha untuk menghindari mengontak dia setelah satu setengah bulan
berjalan di perantauan. Lama-lama dia menghilang. Tetapi tidak dengan satu
sahabatku. Meskipun ada chat yang
baru saja saya buka saat ini. (Im so lucky to have her). Sedangkan yang satu
hilang entah kemana.
Saya akan menceritakan dan mengambil sisi lain tentang
menjauhnya sahabat saya ini.
Yups, sedih, pasti. Biasanya semua event meskipun tidak
terlibat langsung dia ikut ambil didalamnya yaa walaupun hanya pencetus ide-ide
cerdiknya. Yeaah.. dia ga cerdas tapi cerdik. I love which person like him. Kadang
saya berdoa, semoga ketemu orang yang kayak dia. Hahaha.
Saya berusaha mengambil hikmahnya semuanya. Ketika dia mulai
menjauh dan menjauh, saya berusaha untuk tidak menghubunginya. Tau kan ya? Menghubungi
orang yang sebenarnya gamau kita hubungi. Yaa butuh usaha dan niat yang kuat. Hahaha.
Yessss.... pada akhirnya berakhir juga, lama-lama juga
terbiasa. Tergantung bagaimana kita menyikapinya. Sedihnya kalau pas lagi gak
ada kerjaan dan tiba-tiba ingat sahabat kamu. Tapi ada tips-tipsnya sihhh..
karena ini menurutku susah banget dan bikin sedih banget, saya memutuskan untuk
menghapus kontak dan unfollow akunnya. Jahat? Enggak, kan dia lebih bahagia
kalo tidak saya hubungi. Nah kalo dihapus otomatis tidak bisa melihat status
dia dan mengurangi gejolak untuk menghubungi. Simple kan?
Berpikir positif. Nah, mungkin dia sedang menyibukkan diri,
banyak kerjaan, tanggungjawab dan lain sebagainya. Atau mungkin sudah punya
pacar baru yang tidak bisa diduakan dengan sahabatnya (klise banget yak)
*alasan norak. Gapapa lah yaaa yang penting posotif wkwkwkw.
Dan lebih menyebalkan lagi, saya pulang da =n di jogja “nothing”
. ya wis lah ya. Terjawab kan? Sebenarnya dia butuh saya tidak?.
Then, itu semua membuat saya untuk mandiri. Saya lebih
berhati-hati untuk menjaga diri. (tetapi pulangnya kok semakin pagi). Dan
berusaha melewati semua atas ide, inisiatif otak sendiri. Menahan diri untuk
tidak mengeluh dan membuatku tersadar untuk menahan diri tidak menghubungi ayah
saya ketika sedang tertimpa kesulitan dijalan ataupun dimanapun berada. Its so
hard but i love it.
I dont hate you, but im dissapointed. Sorry, dear.
Komentar
Posting Komentar