Langsung ke konten utama

Untuk Sahabatmu Itu...




Jalan Parangtritis begitu padat sore ini. Bahkan setiap perempatan lampu dihijaukan semua. Jalur kebarat dan ketimur ditutup semua. Begitu riuhnya suasana sore itu. Aku berusaha menikmati setiap suara-suara bising kendaraan berlalu lalang. Orang-orang yang menjajakan tempat oleh-olehnya. Aku hanya terdiam seribu bahasa. Tak sedikitpun rasanya aku bicara dijalan saat bersamamu itu. Hanya menjawab beberapa pertanyaan basa-basi saja darimu. Lebih menikmati diam dan membalas inbox masuk dari teman-temanku hingga sampai pada sebuah tujuan.


Setelah urusan kami selesai, kami pulang melewati jalan yang berbeda. Jalan yang tak seriuh kami berangkat tadi. Melewati sawah-sawah yang begitu indah mempesona. Yang membuatku tak betah untuk mengunci mulut ini. Apalagi kamu yang terus menanyakan banyak hal. Sepanjang jalan yang penuh cerita bersamamu. Hingga berada di depan rumahku


Dan akhirnya yang diduga pun terduga. Sebuah persepsi tentang sahabatmu itu. Persepsi yang membuatku semakin resah dan gelisah. Persepsi yang membuatku jengkel. Tapi itu benar adanya. Tapi, sahabatmu terlalu mengikuti alur ini. Aku mengetahuinya saat sahabatku bercerita tentang sahabatmu yang mengikuti alur jalanku. Secara, waktu diperjalanan tadi sahabatmu bersama sahabatku.


Untuk sahabatmu itu...
Setiap orang mempunyai persepsi tentang kita. Semua orang bebas memberikan persepsi tentang kita. Tentang aku. Tentang kamu. Itu hak kamu. Tapi, kadang kala sebuah persepsi yang salah akan membuat kita marah, sedih, jengkel, bahkan kesal. Persepsi yang benar saja kadang bisa menjengkelkan. Iya. Seperti persepsimu sore itu. Persepsi yang engkau katakan pada sahabatku.

Untuk sahabatmu itu,
Hai kamu, betapa kamu mengerti segala gerak-gerikku. Senyumku, wajahku yang menggambarkan memiliki rasa berbeda dengannya. Sejak kapan kamu tahu? Dan kamu tahu, sejak pentas tahun baru kemarin. Kamu betapa hebatnya masih mengingat ini semua. Aku saja sudah tak begitu mengingatnya. Betapa kamu luangnya untuk terus mengamatiku. Hingga akhirnya kamu memojokkanku, hanya akulah yang bahagia saat bersamanya. Hanya akulah yang over memperhatikannya. Bagaimana dengannya? Kenapa kamu tidak mengamatinya? Asalkan kamu tahu, aku bukanlah seperti yang engkau lihat. Hanya aku saja yang bergerak tersenyum gila. Bagaimana dengan dia? Kamu tidak tahu kan? Please, jangan Menjudge orang dari covernya saja. 


Untuk sahabatmu itu,
Haii,, kamu tidak lelah untuk terus mengamatiku? Memang aku tidak dekat dengan kamu. Tapi aku lebih dekat dengannya. Salahkah aku dekat dengannya? Aku juga tidak mengharapkan kita dekat. Entahlah apa yang membuat kita dekat. Mungkin, ada suatu insiden yang membuat kami dekat. Dekat sebagai teman curhat, teman bercerita, teman berkeluh kesah, teman tertawa bersama yang begitu sederhana yang jarang aku temukan.

Salahkah aku bersamanya? Hingga kamu begitu mengamatiku? Jujur, diawal tidak ada niat dekat dengannya. Semua mengalir begitu saja. Kita saling merespon saja.
Salah kah aku berteman dengannya? Memang ada rasa yang berbeda setelah aku bersamanya. Salahkan aku lagi? Mau mengejek lagi? Rasa itu muncul juga karenanya. Dia yang perhatian apa adanya.
Sudahlah, itu hanya persepsimu belaka. Dan semua kuterima apa adanya. 


Dari seseorang yang lelah menjadi secret admire mu yang takut kamu benci dan kamu permalukan :)
11.29
04/08/2014

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pantai Gesing dan Ngularan (Teras Kaca) Trip

Hallo guys! Long time no see ya. Kali ini saya akan menyempatkan untuk blogging kembali. Edisi di tahun 2019 ini akan diawali di bulan April yaa. Akan banyak cerita perjalanan saya selama 3 bulan ini. Check this out! Pantai gesing   Nah kali ini saya akan sedikit cerita tentang pantai Gesing dan pantai Nguluran teras kaca yang sempat ngehit sampai sekarang bagi ganis (gadis instagram) di Yogyakarta. Setelah berkutat dengan kerjaan kantor dan barusan pulang dari Sumatera (wah edisi ini nanti ada cerita tersendiri ya) saya dan dua sahabat saya memutuskan secara mendadak untuk trip sehari di Gunung Kidul. Kita memilih di pantai yang dekat dengan Panggang karena jalannya lebih sepi tentunya tidak macet. Bagi warga Jogja yang sudah sering ke Gunung Kidul melewati Jalan Wonosari pasti tahu lah ya gimana rasanya weekend ke Gunung Kidul lewat Jalan Wonosari. Hehehe Kami dari Bantul berangkat pukul 09.00 menuju pantai Nguluran atau yang disebut pantai Teras Kac...

Aku bangga punya mama yang hebat.mama is best of the best :)

Hujan turun membasahi bumi. Percikan air terdengar di telingaku. Sang mentari nampak tak bergairah tuk muncul menerangi kehidupan pagi hari. Ku melangkah dengan tegar mengawali cakrawala kehidupan. Pagi itu sangat lamban, sangat terasa mengantuk dan malas. Namun kata mama kita harus melawan rasa malas yang menempel pada tubuh kita ini. Kita harus membuang jauh-jauh rasa malas itu. Karena rasa malas bagaikan sesuatu yang dapat menghancurkan semua harapan dan impian. Tetapi aku menghiraukannya. Walaupun mama memang benar tetapi aku memilih untuk tetap di kamar pada pagi itu. Darah terus mengalir, detak jantung terus melantun, nadi terus berdenyut, langkah terus berpadu dalam warna-warna kehidupan. Mama setiap hari menasehatiku tentang semua hal ini dan itu. Mama bilang kalau kita bertindak harus berfikir dua kali. Padahal aku selalu berfikir sebelum bertindak. Tetapi yang kurasakan aku tetap salah. Sampai-sampai aku berfikir bahwa ini sungguh tidak adil. Aku kadang merasa benci sam...