Siluit senja sejak enam bulan yang lalu masih membekas. Jingga begitu mempesona. Menghipnotis bagi siapapun yang mencintainya. Senja begitu dahsyatnya memikat mata hingga ke peredaran darah manusia yang mencintainya. Hingga membuat kita lupa diri. Lupa akan sebuah perpisahan dengan yang kita nanti. Perpisahan untuk selamanya setalah penantian yang tak ada ujungnya. Untung saja sang hujan menyadarkan ini semua. Hujan begitu buas membasahi diri ini. Senja yang begitu memikat pergi begitu saja. Tidak ada rasa berdosa maupun bersalah. Yang ada kehancuran dalam diri semakin merasuki. Mau menyalahkan siapa atas semua ini? Hujan telah berhasil membunuh senja kala itu. Kilauan jingga kau hancurkan tanpa sisa sepercik pun. Buasnya rintikanmu memecahkan segalanya. Kini aku kembali menikmati percikan senja pantai selatan. Senja yang ditemani langit mendung mewarnai kerapuhan diri ini. Senja begitu hebatnya menghempaskan diri ini. Kilauannya selalu bertanya kenapa kita mudah sekali untuk rapuh...
By Istiani Romadhoni